Bukan bermaksud tidak menghargai para perokok di luar sana yang sama sekali belum berempati pada orang disekelilingnya yang tidak merokok, saya benar-benar hilang akal kalau yang melakukan hal ini justru para petinggi negara, pejabat, sarjana, wartawan, dan semua orang yang mengakui dirinya kaum teredukasi. Adalah saat saya bekerja sebagai reporter, kedongkolan mendalam serius saya derita karena decak kagum saya terhadap 'kebodohan permanen' yang teman-teman satu profesi lakukan yaitu merokok sembarangan! memang larangan merokok bukan terdestinasi untuk tidak merokok sama sekali, tapi hanya mengatur tempat merokok...tapi kenapa beberapa oknum ini yang boleh saya tulis adalah rekan kerja saya (yang katanya adalah 'gudang ilmu a.k.a perpustakaan berjalan) yang jelas tahu ada perda Kawasan Dilarang Merokok (KDM) jarang menggubris aturan ini. KDM hanya mengatur bukan melarang merokok sama sekali, koq hal yang sama sekali tidak rumit ini susah diapresiasi ya???
Yayayaya...sekelumit sisipan cerita tadi tidak akan saya bahas lebih lanjut karena hanya menambah deret kesal tanpa ada data pencilan. Merokok memang pilihan, tapi pilihan ini tidak harus dong berbenturan dengan hak orang menghirup udara tanpa racun nikotin. Smoke Smart, (even u never look smart with smoke though). Saat liputan di Mabes Polri suatu hari, salah satu wartawan sempat bertanya "...din, syarat jadi pacar atau suami kamu apa siy?, yang saya tahu kamu belum punya pacar ya..?" dengan lantang saya menjawab "..yang boleh mas tahu cuma syarat awal ya,,,dia ga ngerokok!" dia pun tertohok menahan tawa karna disana kumpulan wartawan sibuk ngebul semua. "Waduh padahal ada yg mau aku comblangin lho, anak anggota DPR lagi cari istri, mmmmmmmm tapi dia ngerokok din, mau?" i said NO THANX!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar