Disaat kebanyakan orang punya justifikasi sendiri terhadapa 'play safe' ala wakil presiden Boediono saat diperiksa pansus di DPR terkait Century gate, disaat itulah saya mulai melihat karakter sang mantan gubernur BI ini (dari kacamata pemirsa yang rakyat biasa). Posting ini tak beraroma ekonomi apalagi politik, seperti yang sempat saya tulis di status FB bahwa "im not blue (or even red), but tonight i learned about emotion management from mr. vice president..he did it very well!i hope that kind of attitude was imprinted on government policy (read:elegant & modest)".
Ini semua saya lihat jelas di televisi saat ia diperiksa pansus Century Selasa, 12 Januari 2010. Disaat beberapa oknum pansus yang (maaf) bertanya tanpa ada kesantunan layaknya bertanya kepada seorang wakil presiden RI, ditengah teriakan maling oleh Ahmad Laode Kamaluddin seorang aktivis yang sejak dua tahun lalu bergabung dalam Presidium Komite Aksi Pemuda Anti-Korupsi (Kapak) di rapat pansus, dan yang lebih besar diterpa tekanan dari rakyat untuk mundur dari jabatan sebagai orang kedua RI, Pak Budi masih terlihat tenang dan bijaksana dalam mengolah mimik wajah dan tutur bahasa.
Dia tak sedikit pun menunjukan kelemahan manusia yang sedang terpojok dan 'dikeroyok', kalau pun memang melodrama Century sudah diatur sedemikian rupa dan jika memang beliau benar terlibat dalam Century gate, toh beliau setidaknya menjalankan manajemen emosi dengan baik dan menunjukan kepada rakyatnya bagaimana bersikap di depan televisi nasional.
Saya memang bukan psikolog atau seorang yang pernah belajar ilmu membaca air muka, tapi sebagai seorang pemirsa biasa yang sewajarnya mampu menilai guratan kemarahan, Pak Budi sempat terlihat menahan emosi ketika seorang anggota pansus bertanya dengan nada setengah oktaf lebih tinggi, dan perlu digarisbawahi sekiranya umur anggota pansus yang bertanya ini jauh lebih muda dibandingkan beliau."..kayaknya bisa deh bertanya dengan pak wapres dengan nada yang lebih enak didengar dan kesantunan yang harusnya diperlihatkan anggota DPR di tv nasional", itulah yang saya pikirkan ketika melihat siaran langsung rapat pansus. Memang tak mengherankan kejadian ini, setelah beberapa orang diantaranya pernah mengeluarkan kata-kata mutiara seperti nama binatang atau makian layaknya bahasa konsolidasi biasa saat rapat. Mr. Boediono really made it, he didn't show that madness, the anger!
Ini hanya sebuah wujud apresiasi kedalaman mental seorang terdidik seperti Pak Boediono yang memang harus ditunjukkan sebagai pencitraan seorang pemimpin. Santai menaggapi kritisasi yang berbeda tipis terhadap arogansi dan elegi patah hati kaum oposisi, dan saat rapat berakhir pun beliau masih berjalan dengan kebersahajaannya menggoyang tangan dalam sebuah salam kepada anggota DPR yang 'mengeroyokinya' tadi.