Selasa, Januari 12, 2010

Wapres berbunyi Budi

Disaat kebanyakan orang punya justifikasi sendiri terhadapa 'play safe' ala wakil presiden Boediono saat diperiksa pansus di DPR terkait Century gate, disaat itulah saya mulai melihat karakter sang mantan gubernur BI ini (dari kacamata pemirsa yang rakyat biasa). Posting ini tak beraroma ekonomi apalagi politik, seperti yang sempat saya tulis di status FB bahwa "im not blue (or even red), but tonight i learned about emotion management from mr. vice president..he did it very well!i hope that kind of attitude was imprinted on government policy (read:elegant & modest)".
Ini semua saya lihat jelas di televisi saat ia diperiksa pansus Century Selasa, 12 Januari 2010. Disaat beberapa oknum pansus yang (maaf) bertanya tanpa ada kesantunan layaknya bertanya kepada seorang wakil presiden RI, ditengah teriakan maling oleh Ahmad Laode Kamaluddin seorang aktivis yang sejak dua tahun lalu bergabung dalam Presidium Komite Aksi Pemuda Anti-Korupsi (Kapak) di rapat pansus, dan yang lebih besar diterpa tekanan dari rakyat untuk mundur dari jabatan sebagai orang kedua RI, Pak Budi masih terlihat tenang dan bijaksana dalam mengolah mimik wajah dan tutur bahasa.
Dia tak sedikit pun menunjukan kelemahan manusia yang sedang terpojok dan 'dikeroyok', kalau pun memang melodrama Century sudah diatur sedemikian rupa dan jika memang beliau benar terlibat dalam Century gate, toh beliau setidaknya menjalankan manajemen emosi dengan baik dan menunjukan kepada rakyatnya bagaimana bersikap di depan televisi nasional.
Saya memang bukan psikolog atau seorang yang pernah belajar ilmu membaca air muka, tapi sebagai seorang pemirsa biasa yang sewajarnya mampu menilai guratan kemarahan, Pak Budi sempat terlihat menahan emosi ketika seorang anggota pansus bertanya dengan nada setengah oktaf lebih tinggi, dan perlu digarisbawahi sekiranya umur anggota pansus yang bertanya ini jauh lebih muda dibandingkan beliau."..kayaknya bisa deh bertanya dengan pak wapres dengan nada yang lebih enak didengar dan kesantunan yang harusnya diperlihatkan anggota DPR di tv nasional", itulah yang saya pikirkan ketika melihat siaran langsung rapat pansus. Memang tak mengherankan kejadian ini, setelah beberapa orang diantaranya pernah mengeluarkan kata-kata mutiara seperti nama binatang atau makian layaknya bahasa konsolidasi biasa saat rapat. Mr. Boediono really made it, he didn't show that madness, the anger!
Ini hanya sebuah wujud apresiasi kedalaman mental seorang terdidik seperti Pak Boediono yang memang harus ditunjukkan sebagai pencitraan seorang pemimpin. Santai menaggapi kritisasi yang berbeda tipis terhadap arogansi dan elegi patah hati kaum oposisi, dan saat rapat berakhir pun beliau masih berjalan dengan kebersahajaannya menggoyang tangan dalam sebuah salam kepada anggota DPR yang 'mengeroyokinya' tadi.

Jumat, Januari 08, 2010

learn from universe

First day of January 2010, universe show us its school...
Bahkan di pengawal tahun 2010 pun alam memberikan contoh nyata untuk manusia bahwa untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan tidaklah mudah...mungkin bisa saya analogikan dengan seorang tukang sayur yang bermimpi menjadi kaya dan sukses, untuk mendapatkannya ia rela bangun jam 2 pagi setiap hari mencari sayuran dipasar dan untuk mencapai pasar ia harus mengayuh sepeda sepanjang belasan kilometer berkawan dengan dinginnya pagi. Bertahun-tahun dilakukan hanya untuk menjadi sukses dan kaya dalam jalan yang dipilihnya, jalan yang berat, panjang, penuh emosi dan tanda tanya apa ia akan sampai di impiannya?! Tapi ternyata mimpi memang butuh perjuangan panjang, kini tukang sayur tersebut bahkan telah memiliki pasar swalayan terkemuka di ibukota.
Inilah yang saya rasakan ketika mengawali tahun di Ujung Genteng Sukabumi Jawa barat, bermodal berita bahwa pantai disana sama indahnya dengan Lombok dan Bali kami melaju mencari arti dari berita yang beredar. Benar saja, setelah perjalanan 6 jam dari Bogor dengan menggunakan mobil, kami masih harus naik motor untuk mencapai lokasi pantai yang kami inginkan, untuk bisa sampai di pasir putih saya melalui pesisir pantai selama tiga puluh menit dan itu semua belum berakhir...kami semua masih harus meninggalkan motor dan berjalan kaki mendaki menuju pantai pasir putih. Perjalanan setengah jam dengan motor tidak datar begitu saja, medan yang dilalui pun dipenuhi tanaman, becek, tanpa petunjuk arah dan licin. Kami masih menanti keindahan yang dijanjikan dan tanpa sadar bahwa badan sudah setengah remuk akibat perjalanan Bogor - Ujung Genteng yang memang benar melelahkan...sampai pada akhirnya kami melihat ujung pasir putih di puncak jalan yang kami daki...6 jam + 30 menit + 10 menit bejalan + pantai pasir putih = terbayar !
Pantai yang private tanpa ada pembatas selain langit dan pasir. Subhanallah.

tersirat alam telah mengajarkan kita melalui banyak cara, bahwa untuk mendapatkan sesuatu yang sesuai harapan, kita harus ikhlas melalui perjalanan panjang dan melelahkan dan itu semua akan terbayar jika sudah terlalui karena nantinya di ujung pencapaian kita akan lantang berkata, i did it!

NO THANX!

Bukan bermaksud tidak menghargai para perokok di luar sana yang sama sekali belum berempati pada orang disekelilingnya yang tidak merokok, saya benar-benar hilang akal kalau yang melakukan hal ini justru para petinggi negara, pejabat, sarjana, wartawan, dan semua orang yang mengakui dirinya kaum teredukasi. Adalah saat saya bekerja sebagai reporter, kedongkolan mendalam serius saya derita karena decak kagum saya terhadap 'kebodohan permanen' yang teman-teman satu profesi lakukan yaitu merokok sembarangan! memang larangan merokok bukan terdestinasi untuk tidak merokok sama sekali, tapi hanya mengatur tempat merokok...tapi kenapa beberapa oknum ini yang boleh saya tulis adalah rekan kerja saya (yang katanya adalah 'gudang ilmu a.k.a perpustakaan berjalan) yang jelas tahu ada perda Kawasan Dilarang Merokok (KDM) jarang menggubris aturan ini. KDM hanya mengatur bukan melarang merokok sama sekali, koq hal yang sama sekali tidak rumit ini susah diapresiasi ya???

Yayayaya...sekelumit sisipan cerita tadi tidak akan saya bahas lebih lanjut karena hanya menambah deret kesal tanpa ada data pencilan. Merokok memang pilihan, tapi pilihan ini tidak harus dong berbenturan dengan hak orang menghirup udara tanpa racun nikotin. Smoke Smart, (even u never look smart with smoke though). Saat liputan di Mabes Polri suatu hari, salah satu wartawan sempat bertanya "...din, syarat jadi pacar atau suami kamu apa siy?, yang saya tahu kamu belum punya pacar ya..?" dengan lantang saya menjawab "..yang boleh mas tahu cuma syarat awal ya,,,dia ga ngerokok!" dia pun tertohok menahan tawa karna disana kumpulan wartawan sibuk ngebul semua. "Waduh padahal ada yg mau aku comblangin lho, anak anggota DPR lagi cari istri, mmmmmmmm tapi dia ngerokok din, mau?" i said NO THANX!