Rabu, Oktober 08, 2008

magnetism of nationalism

jambore kebangsaan, manokwari-west papua 14-18 august 2008
as a honor participant di sebuat annual event dari depdagri memang ga berasa apa pun kalau kita menggunakan pendekatan jarak dan geografis. most girls said...c'mon ke papua delapan jam diudara naik hercules pula yang kebayang hanya capek luar biasa it'll be so cruel. nope...it's not for me....(karena saya bukan cewe cetakan ;D), diundang dan berangkat sebagai mpok depok memang bukan prestige yang patut dipublikasikan.senang luar biasa karna punya kesempatan buka wawasan sekaligus bisa ke bagian timur nusantara dengan 250 pribadi mengagumkan dari lsm, bem dan ormas seluruh indonesia, and i knew it's gonna be so great! yup it was...

hercules...yup for very 1st time. i got nu pal' from bem ITS 'salim'

awalnya kekhawatiran memang ada, mempertanyakan apa sebenarnya main goal dina sampai berani pergi sejauh itu dari rumah. sekedar berplesir?achievement?sampai tiba ke pertanyaan untuk tahu kadar nasionalisme diri sendiri...pertanyaan tidak umum untuk generasi 20-an kayak dina, dan benar saja faktanya waktu tiba di papua golongan orang tua lebih banyak dibanding generasi muda (but wait!maksud dina bukan dari segi kuantitas tapi kehadiran jiwa sebagai orang indonesia). i really have no idea about this issue, apa yang salah hingga generasi diatas kita menyimpulkan generasi dibawah mereka hanya sekedar generasi mtv yang tolok ukurnya adalah hollywood, junk food, and london fashion week. sedangkal itukah kita???i don't think so!what about them?

setelah merasakan tanah papua secara langsung selama beberapa jam, agenda jambore road to proclamation day harus diselesaikan satu per satu. satu tenda dengan rekan-rekan baru mba nina (pontianak), mba frida (jakarta), mba sophie (kepri), mba tami, mba desi, bu ati (gorontalo), bu dwi (lombok), bu rita (kupang), dan pipit (surabaya). it was awsome...tenda sura free area to chat, make up, dress, and think nationally.
dina, nina, frida - depok, dayak, national

dihari kedua kami semua punya agenda masing-masing yang sudah dibagikan oleh depdagri. tapi sebelum ke agenda resmi dengan gerilya mba nina, mba sophie, dan pipit memberikan tawaran yang menggiurkan untuk pergi ke pulau mansinam via speedboat. wuih...satu lagi potensi negeri yang belum terjamah dengan maksimal. pulau eksotis tempat injil pertama kali diturunkan di indonesia. kenapa belum juga digarap siy?that was my 1st question. what are 'they' waiting for? we are in a rush for visit years 2008, right?

awalnya dina menemani pak dirjen kesbangpol untuk menyerahkan bantuan buku dan komputer untuk smp 3 manokwari, then end up ke pantai pasir putih untuk bersihin pantai....oh my god i love my nation very much. the beach like a bomb...brutally beautifull.

now i can say easily,,,nationalism is not that heavy. if u don't have one inside of you, i can accept that thing. but the nature, the peoples, we're gonna love it when we see it directly. those are magnet of indonesia. no wonder kalau ada upaya kudeta sana-sini kalo negeri mereka indah bukan main tapi tidak kehidupannya.

menurut masyarakat manokwari yang dina temui di daerah bakaro tentang being nationalist dan nationalism artinya ga banyak koq, yang mereka perlukan hanya kesadaran saudara-saudara mereka yang tinggal di barat (baca:jakarta dan kota-kota besar lainnya) untuk sering-sering datang ke tempat mereka, supaya bisa menyaksikan ekstrimnya perbedaan kehidupan di ibukota dan di papua. dan dari situlah mereka harap nasionalisme "untuk mereka" akan tercipta.

inspiring moment with inspiring womens

pulang dari papua menyisakan banyak cita dan asa. mimpi untuk terus melihat keindahan ini tanpa distorsi kudeta sampai dina tua nanti?mimpi akan kuatnya nasionalisme orang-orang muda tanpa harus dipecut dengan krisis dan dilema?bisakah?memang bukan kapasitas dina untuk menjawab,ilmu masih dangkal pengalaman masih terus menggali.but one thing for sure that i strongly think about is we need to keep the hope because everything that is done in the world is done by hope.

Tidak ada komentar: