Selasa, Oktober 28, 2008

tak ada bukan berarti sederhana

Kemilau Nusantara, Bandung 26 Oktober 2008
Secara arif harusnya kosakata sederhana dapat diartikan pukulan untuk depok saat parade kemilau nusantara di bumi parahiyangan minggu kemarin. dengan bangga saya maju bersama erwin mendampingi adik2 dari pondok zidan yang memainkan musik tong-tong, tapi hal ini tak cukup menutupi rasa sesal dan kecewa saya yang entah kemana alamatnya. bagaimana pun tidak kalau kenyataaan memang kami adalah peserta yang paling sederhana dan sedikit memprihatinkan dari aspek showmentship dan wardrobe yang kelewat...hah.... i have to say it again 'sederhana'.
Entah apa namanya selain sederhana jika kita membandingkan penampilan kota depok dengan kota/kabupaten/provinsi lain pada saat parade yang hampir sama seperti yang dimiliki brazil itu. saat jawa timur sangat gemilau menurunkan reog ponorogonya sehingga berhasil menjadi juara nasional, ketika sukabumi all out dengan membawa budaya ngarak penyu smp penyu palsu berukuran raksasa pun dibawa keatas panggung, atau saat semua peserta tampil dengan baju daerahnya yang gemerlap dengan tema 'niat tampil' sukses membuat adik2 dari pondok zidan ciut hatinya, karena memang baju yang dipersiapkan adalah baju seadanya.
Imagine the irony, ideally speaking, of all cities in west java, depok city is supposed to be a number one city in human development index. krg adil rasanya saat saya disana sudah mempersiapkan diri dengan make up,sanggul cepol dan berhasil berpatut diri sebagai mpok depok, tetapi adik2 ini hanya menggunakan jaket&celana hitam serta jilbab putih untuk perempuan, dan baju koko putih (bahkan sebagian sudah ada yang kekuning-kuningan) dengan sarung berbagai warna plus clana hitam untuk laki2. dan semuanya saya kira bukanlah kostum yang seyogyanya ditampilkan dalam sebuah event nasional.
Karena posting ini bukan propaganda, harusnya ini jadi koreksi seluruh lapisan, saya tak memiliki opsi untuk menentukan apa dan bagaimana konsep tampilan dalam parade kemarin namun ini merupakan fakta yang harus kita pahami dan benahi bersama. sudah sejauh mana pemerintah kota, masyarakat dan seluruh stakeholders yang berkaitan dengan kemajuan kota depok dapat saling bahu-membahu. apakah ini soal manajemen pariwisata, anggaran, atau kurangnya komunikasi seluruh elemen diatas? yang jelas ini PR untuk duta pariwisata seperti saya dan erwin, karena harusnya kami mampu mencari celah agar mampu di dengar & merepresentasikan jati diri kota depok dengan budaya dan pariwisatanya di ruang publik dengan baik, karena kami lebih menghargai jikalau penilaian jabatan ini lebih dari sekedar fronliner atau pajangan semata.
Tak ada bukan berarti sederhana kalau memang patokannya sederhana adalah kebersahajaan. tapi sejatinya kebersahajaan mampu membawa kita pada kemenangan. semoga tahun depan depok bisa memperbaiki penampilannya di kemilau nusantara (kalau dikirim lagi ya ;D). amin.

1 komentar:

Martha-Happy mengatakan...

Kota depok butuh lebih banyak perhatian dari para pemimpin.
Banyak aspek yang masih harus dikembangkan dan diurusi secara serius oleh pemimpin kota kita, dan hal tersebut adalah agenda yang saya yakin jauh lebih penting dari sekedar MEJENG dengan gaya dan tampilan yang selalu berbeda (namun tetap khas di gaya andalan :senyuman lebar)tiap bulannya di billboard2 seluruh kota depok.